STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN PERTANIAN DI KABUPATEN SUMENEP

Penulis

  • Isdiantoni Isdiantoni Universitas Wiraraja

Kata Kunci:

strategi, pemasaran, pertanian, sumenep, SWOT

Abstrak

Penelitian tentang Strategi Pengembangan Pemasaran Pertanian di Kabupaten Sumenep mengungkap kompleksitas sektor pertanian yang memiliki kontribusi signifikan sebesar 38,23% terhadap PDRB daerah. Dengan wilayah pertanian mencakup 62,8% luas kabupaten dan mengandalkan komoditas unggulan seperti padi, jagung, dan hortikultura, penelitian ini mengeksplorasi potensi transformasi sistem pemasaran pertanian melalui pendekatan kualitatif dengan metode participatory action research. Penelitian melibatkan 16 narasumber dari lima kecamatan strategis: Rubaru, Batu Putih, Talango, Saronggi, dan Manding. Setiap kecamatan memiliki karakteristik komoditas unik, seperti bawang merah di Rubaru, pisang di Batu Putih, srikaya di Saronggi, dan jagung lokal di Manding, yang mencerminkan keragaman potensi pertanian Sumenep.
Analisis SWOT menempatkan Kabupaten Sumenep pada kuadran Weakness-Opportunity dengan koordinat (-0.19, 0.42), mengindikasikan adanya kelemahan internal namun peluang eksternal yang potensial. Hasil analisis IFAS dengan skor 2.89 dan EFAS 3.24 menunjukkan dinamika kompleks sektor pertanian, dengan kelemahan utama mencakup keterbatasan keterampilan petani, ketidakstabilan produksi, dan ketergantungan tinggi terhadap musim. Melalui analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM), penelitian mengidentifikasi tiga strategi prioritas: Pertama, pengembangan sistem digital marketing dan e-commerce dengan skor 3.50, fokus pada transformasi digital melalui platform marketplace terintegrasi. Kedua, pengembangan produk dan standarisasi mutu dengan skor 3.41, yang menekankan penyusunan standar operasional produksi dan sertifikasi. Ketiga, penguatan kelembagaan dan kemitraan dengan skor 3.28, bertujuan memperkuat kapasitas petani dan fasilitasi kemitraan.
Penelitian mengungkap kompleksitas permasalahan yang meliputi aspek struktural dengan rantai distribusi tidak efisien, aspek teknis dengan keterbatasan teknologi pascapanen, aspek sosial-ekonomi dengan posisi tawar petani yang lemah, serta aspek kelembagaan dengan koordinasi antar stakeholder yang belum optimal. Implementasi strategi membutuhkan kolaborasi intensif antara Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, serta Diskoperindag. Pendekatan komprehensif diperlukan untuk mengatasi kelemahan internal sekaligus memanfaatkan peluang eksternal yang ada.
Rekomendasi strategis mencakup pengembangan platform digital marketplace, investasi infrastruktur pascapanen, pelatihan intensif sumber daya manusia pertanian, pembentukan kemitraan struktural, serta regulasi insentif yang responsif terhadap karakteristik pertanian di Sumenep. Pendekatan holistik ini diharapkan mampu mentransformasi sektor pertanian Sumenep menuju sistem yang lebih kompetitif dan berkelanjutan.

Unduhan

Diterbitkan

2025-01-24

Terbitan

Bagian

Artikel